Travelling 10 Hari #2 – Indahnya Danau Segara Anak, Gunung Barujari dan Hot Spring Water
Artikel ini adalah artikel kedua dari seri Jalan-jalan 10 hari ke Lombok/Banyuwangi/Surabaya
Pada artikel sebelumnya Travelling 10 hari – Mendaki Gunung Rinjani 3726 MDPL via Sembalun, saya bercerita bagaimana awal perjalanan backpacker ini sampai pendakian ke Puncak Gunung Rinjani.
Posting kali ini akan bercerita bagaimana proses perjalanan turun dari Puncak Gunung Rinjani, berkemah di tepi Danau Segara Anak, Gunung Barujari, mandi air panas, dan perjalanan turun sampai gerbang Senaru.
…
Setelah kami puas menikmati bagaimana rasanya berada di gunung tertinggi ke 3 di Indonesia itu, sekitar jam 9.00, kami mulai turun dari puncak. Cuaca sudah mulai panas karena menjelang siang.
Perjalanan turun dari puncak dengan medan pasir memiliki sensasi tersendiri, seperti yang pernah saya ceritakan pada posting Panduan Mendaki Gunung Semeru. Satu langkah, bisa dihitung 2 langkah karena terbawa oleh pasir yang longsor. Terkadang, ini malah dijadikan ajang perosotan sebagai pelepas lelah 😁.
Perjalanan turun tidak seburu-buru saat muncak. Kami lebih santai berjalan, bahkan banyak berhenti lama untuk berfoto di spot-spot yang mempunyai landscape bagus, seolah belum puas dan tak ingin pulang.
Kami tiba di tenda di Plawangan Sembalun jam 12 tengah hari, lalu beristirahat sambil menunggu makan siang yang dimasak porter. Setelah ishoma dan beres-beres tenda, sekitar jam 2 siang kami melanjutkan perjalanan turun ke Danau Segara Anak.
Dari Plawangan Sembalun ke Danau Segara Anak kami harus menuruni tebing yang sangat terjal. Medannya berupa tangga batu dengan berkelok-kelok atau zig-zag sehingga harus esktra hati-hati dan membuat kaki cepat pegal.
Tidak banyak pemandangan yang bisa kami lihat karena waktu itu berkabut dan menjelang sore hari.
Danau Segara Anak Gunung Rinjani
Tibalah kami di Danau Segara Anak, sebuah danau kaldera seluas 1.100 ha dengan kedalaman 230 m dan di ketinggian sekitar 2000 mdpl.
Danau ini adalah surga bagi para pendaki yang baru mendaki Gunung Rinjani. Kami tiba di tepi Danau Segara Anak sekitar jam 5 sore, dengan tenda yang sudah disiapkan oleh porter yang telah lebih dulu tiba.
Mandi Air Panas (Hot Spring Water)
Sesampainya di perkemahan, kami lekas bongkar tas carrier dan menyiapkan pakaian ganti untuk mandi air panas. Letak sumber air panas ini hanya sekitar 10 menit masuk ke hutan dari tempat kami berkemah. Seperti pada gambar, Hot Spring Water ini berwarna keruh kekuningan sebagai efek dari belerang.

Hot Spring Water Segara Anak – sumber gambar
Ini adalah salah satu hal yang ditunggu-tunggu selama perjalanan turun yang medannya membuat dengkul serasa mau lepas. Berendam air hangat tepat setelah disiksa pendakian yang melelahkan adalah salah satu kenikmatan tersendiri.
Kami berendam hingga hari mulai gelap, sampai semua lelah pendakian hilang karena relaksasi selama berendam di air panas. Kami kembali ke tenda dengan badan yang sudah ‘sembuh’, dan langsung disambut dengan goreng pisang yang dimasak porter selama kami berendam. Nikmat sekali gan :D.
Gunung Barujari & Pemancingan Segara Anak
Esok paginya, kami bangun dengan suasana pagi cerah, menjernihkan padangan kita pada anak Gunung Rinjani, Gunung Barujari yang terletak di tengah-tengah danau. Gunung Barujari adalah gunung yang masih aktif, seperti yang kita lihat kawahnya mengeluarkan asap setiap saat.

Kami mulai hunting foto dan mencari tempat-tempat dengan background paling bagus. Adalah kesempatan langka untuk menikmati pagi hari di danau yang di tengah-tengahnya gunung berapi, dan sekelilingnya adalah rangkaian bukit-bukit.
Di sisi lain, beberapa pendaki mulai menyiapkan joran dan alat pancing lainnya untuk memancing di danau.
Danau Segara Anak juga jadi sumber makanan bagi para pendaki yang berkemah disekitarnya. Ikan-ikannya juga lebih agresif pada kail sehingga lebih mudah dipancing. Ikan-ikan yang dipancing adalah ikan mujair atau nila, paling besar seukuran telapak tangan.
Kami mulai bersiap-siap untuk perjalanan selanjutnya. Sekitar jam 9, kami melanjutkan perjalanan menuju Plawangan Senaru, salah satu punggungan bukit yang mengelilingi Danau Segara Anak. Plawangan Senaru juga dijadikan sebagai tempat berkemah seperti Plawangan Sembalun, untuk pendakian via Jalur Senaru.
Medan pendakian menuju Plawangan Senaru, tidak separah saat menuruni Plawangan Sembalun ke Segara Anak. Beberapa jalur memang ada yang cukup terjal, tapi tidak berbatu dan masih ada bonus jalan setapak.
Cuaca saat itu sangat mendukung. Pagi yang cerah, udara yang sangat sejuk, dan pepohonan yang menghalangi panas matahari membuat kami lebih semangat, tetapi juga santai.
Selama perjalanan mendaki ke Plawangan Senaru, kami disuguhkan betapa indahnya Danau Segara Anak Gunung Barujari dari sini.
Sungguh, jika ada surga di dunia, maka disinilah tempatnya. Tidak henti-hentinya kami menengok ke belakang, bahkan memperlambat jalan, agar bisa lebih lama menikmati betapa cantiknya ciptaan Allah ini.
Pendakian ke Plawangan Senaru adalah salah satu momen terbaik saya saat mendaki Gunung Rinjani.
Pos Batu Ceper
Di antara Danau Segara Anak dan Plawangan Senaru, ada sebuah tempat yang lapang dipenuhi batu-batu. Tempat ini dinamakan Pos Batu Ceper.
Tempat ini adalah salah satu spot untuk foto-foto. Di samping karena banyaknya batu-batu, juga karena kita bisa melihat Danau Segara Anak lebih jelas dari sini. Kami beristirahat di tempat ini beberapa menit.
Plawangan Senaru, dan Perjalanan Turun Gunung
Setelah pendakian selama kurang-lebih 3-4 jam, kami sampai di Plawangan Senaru sekitar tengah hari. Saat itu, cuaca sudah sangat panas, ditambah berdebu.


Kami berhenti sebentar menunggu yang tertinggal di belakang, dan kemudian melanjutkan perjalanan turun untuk mencari tempat berteduh.
Selama perjalanan turun, kami hanya berhenti untuk beristirahat dan makan. Mood untuk foto-foto sudah hilang karena capek, panas medan yang berdebu, dan memang tidak banyak tempat-tempat bagus untuk di foto.
Hutan Senaru
Siang menjelang sore, perjalanan kami harus terburu-buru karena satu hal : Hutan Senaru. Hutan ini terkenal sangat angker.
Porter kami tidak berani untuk melewati Hutan Senaru jika sudah gelap. Di samping karena cerita-cerita mistis warga sekitar, Hutan Senaru juga memang berbeda dari segi vegetasinya.
Dari Plawangan Senaru sampai sebelum memasuki Hutan Senaru, vegetasinya kebanyakan hanya tanaman perdu dan rumput ilalang.
Ketika memasuki Hutan Senaru, kita memasuki hutan hujan tropis dengan pohon-pohonnya yang besar. Bahkan di siang hari pun, suasana di sini sudah seperti sore hari, gelap.
Ditambah, suara-suara berisik dari hewan-hewan dari atas pohon maupun semak-semak. Banyak sekali monyet-monyet bergelantungan di pohon sepanjang perjalanan kami. Anjing liar dan babi hutan juga bisa kita temukan di hutan ini.
Dengan suasana seperti itu dan waktu yang sudah sore hari, kami berjalan bersamaan, tidak terpisah-pisah seperti sebelumnya. Yang dipikiran kami hanya 1, yaitu tiba di Gerbang Senaru sebelum jam 6 sore.
Setelah perjalanan yang menegangkan, langkah cepat yang saling mendahului, tibalah kami di pintu Gerbang Senaru jam 6 kurang beberapa menit.
Dengan ini, selesailah pendakian Gunung Rinjani ini. Kami beristirahat dan makan di warung-warung sekitar Gerbang Senaru, sampai malam.
Kami berjalan ke parkiran di sekitar Basecamp Senaru, untuk menemui 2 supir mobil sewaan kami dan melanjutkan perjalanan selanjutnya ke pelabuhan.
Perjalanan selanjutnya adalah ke Gili Trawangan, yang akan saya ceritakan di artikel seri selanjutnya.
Sekian…
Syakir Rahman
Benar-benar amazing luar biasa pemandangan Indonesia….
keren banget, semoga keindahan itu tidak terkikis gempa yang akhir” ini terjadi di lombok. dan semoga segera dibuka lagi paska gempa lombok..
butuh biaya berapa untuk melakukan pendakian ke rinjani?
kalo berangkat dari pulau jawa, dan bolak balik pakai pesawat mungkin 4jtaan kalo sekarang